BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Kehidupan yang dinamis tentang pertumbuhan dan
perkembangan penduduk baik dari segi sosial,kultural dan budaya telah
mengarahkan mobilisasi penduduk dari arah pedesaan ke arah perkotaan ,dulu
dikenal sebagai urbanisasai tetapi sekarang konsep dari urbanisasi sendiri
telah mengalami perluasan yang cukup kompleks.Urbanisasi tidak lagi dipandang
sebagai alur perpindahan populasi penduduk dari desa ke kota melainkan sebagai
konsep dasar pemikiran baru tentang proses pengkotaan.Sekilas memang terlihat
sama tetapi kedua kajian tersebut sangat berbeda jauh dan mulai saat ini
paradigma baru tentang urbanisasi yang benar harus sudah dilakukan.
Dalam proses dinamika masyarakat yang sangat labil ini
perubahan-perubahan baru selalu terjadi tanpa mengenal batasan ruang dan waktu.
Kita semua sepakat bahwa dewasa ini kita telah berada pada ujung masa industri
dan telah mulai beranjak pada awal era informasi. Ledakan informasi dari
berbagai belahan dunia bisa kita akses dengan sangat mudahnya melalui berbagai
media elektronika yang berkembang pesat, secara otomatis keadaan demikian akan
sangat mempengaruhi pola perilaku masyarakat secara global.
Pola desa dan kota yang menjadi pokok bahasan tidak
terlepas dari gejala-gejala tersebut. Kajian mendalam tentang aspek-aspek
perilaku sosial kemasyarakatan yang dipadukan dengan perkembangan dalam cakupan
modernisasi serta globalisasi akan sangat membantu dalam menelaah lebih lanjut
tentang pola keruangan dan dinamisasi masyarakat yang tengah berlangsung.
Faktor-faktor penentu secara sosiokultural sebagai acuan
dalam masyarakat desa maupun kota juga tidak terlewatkan dari pengkajian
makalah ini, semua terangkum cermat dan proporsional sebagai upaya pengarahan
pola pikir kita terhadap gejala dan permasalahan sosial yang terdapat pada
masyarakat desa dan kota sesuai persepsi yang benar dan tepat.
Atas dasar latar belakang di atas maka inti dari
permasalahan yang timbul di desa maupun di kota adalah “Perubahan” secara
kontinyu yang ikut mempengaruhi semua substansi kemasyarakatan di dalamnya.
- Permasalahan
- Bagaimana
kondisi sosial di desa dan kota?
- Bagaimana
perbedaan yang
terjadi di desa dan kota beserta masalah yang dihadapinya?
- Bagaimana
hubungan antara kehidupan sosial di desa dengan di kota?
- Tujuan
- Mengetahui
kondisi sosial di desa dan di kota.
- Mengetahui
perbedaan dan masalah yang dihadapi oleh desa dan kota.
- Untuk
menjelaskan hubungan antara kehidupan sosial di desa dan di kota.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat
Pedesaan (Masyarakat Tradisional)
1.
Pengertian desa atau pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut
Sutardjo Kartodikusuma, Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat
tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
Menurut Bintarto, Desa merupakan
perwujudan atau kesatuan goegrafi,vsosial, ekonomi, politik dan kultur yang
terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara
timbal balik dengan daerah lain.Sedang menurut Paul H. Landis, desa adalah
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut:
- Mempunyai
pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
- Ada
pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
Dalam kamus sosiologi kata tradisional
dari bahasa Inggris, Tradition artinya adat istiadat dan
kepercayaan yang turun menurun dipelihara, dan ada beberapa pendapat yang
ditinjau dari berbagai segi bahwa, pengertian desa itu sendiri mengandung
kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-unsurnya, yang
sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem kehidupan
bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban,
persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian
kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri yang jelas.
2.
Ciri-ciri masyarakat desa
(karakteristik)
Dalam buku Sosiologi karangan Ruman
Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat
desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal
ciri-ciri sebagai berikut.
- Afektifitas ada
hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan kemesraan.
Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan
simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa
pamrih.
- Orientasi
kolektif sifat ini
merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan
kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang
berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
- Partikularisme pada
dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus
untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan
kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme)
- Askripsi yaitu
berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan
suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang
sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
- Kekabaran (diffuseness)
yaitu sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi
tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan
bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu.
Dari uraian tersebut (pendapat Talcott
Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa
pengaruh dari luar.
B. Masyarakat
Perkotaan (Masyarakat Modern)
1.
Pengertian kota
atau perkotaan
Seperti halnya desa, kota juga
mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli berikut
ini.
Menurut Wirth, Kota adalah suatu
pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang
heterogen kedudukan sosialnya.
Max Weber, Kota menurutnya, apabila
penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar
lokal.
Dari beberapa pendapat secara umum
dapat dikatakan kota mempunyai ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota
dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan
dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut
Kota, karena memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik.
Marilah sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe
masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih
mementingkan Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep
Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang
bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal
yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral
dalam perasaannya.
b) Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat
mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang
yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang
dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka
cenderung untuk individualistik.
c) Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh
karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk
Universalisme.
d) Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang
itu diterima berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e) Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan
sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan
penduduknya.
2.Ciri-ciri masyarakat Perkotaan :
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat
perkotaan, yaitu:
- Kehidupan keagamaannya
berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan
yang cenderung kearah keduniaan saja.
- Orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain (Individualisme).
- Pembagian
kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas
yang nyata.
- Kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
- Jalan
kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu
bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting,
untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
- Perubahan-perubahan
tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh-pengaruh dari luar.
C. Perbedaan antara
Desa dan Kota
Dalam masyarakat modern, sering
dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan
(urban community). Menurut Soekanto (1994), perbedaan tersebut sebenarnya tidak
mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam
masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh
dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada
hakekatnya bersifat gradual.
Kita dapat membedakan antara masyarakat
desa dan masyarakat kota yang masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri.
Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur
serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan
"berlawanan" pula.
Perbedaan ciri antara kedua sistem
tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai
berikut:
Masyarakat Pedesaan
|
Masyarakat Kota
|
Perilaku homogen
Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan
kebersamaan
Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
Isolasi sosial, sehingga statik
Kesatuan dan keutuhan kultural
Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
Kolektivisme
|
Perilaku heterogen
Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri
dan kelembagaan
Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
Mobilitas
sosial, sehingga dinamik
Kebauran dan diversifikasi kultural
Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular
Individualisme
|
Warga suatu masyarakat pedesaan
mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka
dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok
atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994).
Selanjutnya Pudjiwati (1985),
menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah pertama-tama,
hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih
memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata,
tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan
saja.
Golongan orang-orang tua pada
masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta
nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Nimpoeno
(1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-kekuasaan pada umumnya
terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan sebagainya.
Ada
beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara
desa dan kota. Dengan melihat perbedaan perbedaan yang ada mudah mudahan akan
dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat
disebut sebagi masyarakat pedeasaan atau masyarakat perkotaan.
Ciri ciri tersebut antara lain:
- Jumlah dan
kepadatan penduduk
- Lingkungan
hidup
- Mata
pencaharian
- Corak
kehidupan sosial
- Stratifiksi
sosial
- Mobilitas
sosial
- Pola
interaksi sosial
- Solidaritas
sosial
- Kedudukan
dalam hierarki sistem administrasi nasional
D. Perbedaan dan Masalah-Masalah Desa dan Kota
1. Perbedaan struktur sosial pada masyarakat desa dan kota.
- Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam
Lokasi
geografis desa mendekatkan masyarakat desa dengan alam dan bekerja menyesuaikan
diri dengan kondisi alam. Berbeda dengan masyarakat kota yang kehidupannya bebas
dari lingkungan alam.
- Pekerjaan atau mata pencarian
Masyarakat desa berhubungan dengan alam (agraris). Sedangkan pada masyarakat kota, mata pencarian
cenderung terspesialisasi, dan spesialisasi ini dapat dikembangkan secara
hirarkhis/ organisasional.
- Ukuran komunitas
Komunitas
pedesaan biasanya lebih kecil daripada komunitas perkotaan.
- Kepadatan penduduk
Kepadatan
penduduk di desa lebih rendah daripada di kota.
- Homogenitas dan heterogenitas
Homogenitas
dalam ciri-ciri sosial dan juga psikologis, bahasa, adat, dan perilaku sering
tampak pada masyarakat perdesaan. Pada masyarakat perkotaan, lebih heterogen.
- Diferensiasi sosial
Keadaan
heterogenitas masyarakat kota berimplikasi pada diferensiasi sosial yang tajam,
sesuai dengan kebutuhan masyarakat kota.
- Pelapisan sosial,
Mengikuti piramida sosial yaitu kelas-kelas tinggi berada
pada posisi puncak piramida.
- Mobilitas sosial
Berkaitan dengan perpindahan/ pergerakan suatu kelompok
sosial ke kelompok sosial lainnya, termasuk mobilitas kerja dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Di kota lebih cepat daripada di desa. Misalnya
mobilitas karena pindah rumah sewa/ kos, waktu bepergian orang kota lebih
banyak daripada orahg desa, waktu luang di kota lebih sedikit daripada di desa.
- Interaksi sosial
Pada
masyarakat desa yang jumlah penduduknya lebih sedikit dan mobilitasnya rendah,
maka kontak pribadi antar individu lebih sedikit dibanding dengan masyarakat
kota. Dalam kontak / interaksi sosial berbeda secara kuantitatif dan
kualitatif. Pendiduk kota lebih sering kontak, tetapi cenderung formal,
sepintas lalu, dan tidak bersifat pribadi (impersonal) tetapi melalui tugas
atau kepentingan lain.
- Pengawasan social
Tekanan
sosial di desa lebih kuat daripada di kota.
- Pola kepemimpinan
Menentukan
kepemimpinan di desa cenderung banyak ditentukan oleh kualitas pribadi dari
individu daripada di kota. Meliputi: kesalehan pribadi, kejujuran, pengorbanan,
pengalaman, dsb. Jika ini berlanjut, maka kriteria keturunan pun ikut
menentukan.
- Standar kehidupan
Berbagai
faslitas yang menyenangkan banyak terdapat di kota, sehingga orientasi dan
standar yang dipakai lebih kompleks di kota dibandingkan dengan di desa.
- Kesetiakawanan sosial (social solidarity)
Pada
masyarakat desa didorong oleh rasa kesamaan/ persamaan dalam hal pengalaman,
dan tujuan hidup bersama, sedangkan pada masyarakat kota, kesetiakawanan /
solidaritas didorong oleh ketidaksamaan/ perbedaan pembagian kerja,
kesalingtergantungan dan spesialisasi.
- Nilai dan sistem nilai
Di
kota dan di desa berbeda, dapat diamati dalam kebiasaan, cara, norma yang
berlaku. Misalnya dalam mencari jodoh, peran kepala keluarga sangat besar.
Tentang pendidikan, sistem nilai di masyarakat desa berbeda dengan di kota; di
desa cukuplah dengan tamat SD / SMP, di kota tidak cukup.
- Urbanisme dan urbanisasi
Urbanisme
adalah gaya hidup kekotaan dan ini ditentukan oleh ciri-ciri spasial,
sekularisasi, asosiasi sukarela, peranan sosial yang terpisah dan norma-norma
yang serba kabur. Urbanisme melahirkan mentalitas kota, di mana sikap, ide da
kepribadian manusianya berbeda dengan yang berada di pedesaan. Gejala yang di
kota berupa disorganisasi pribadi, aneka kejahatan, korupsi dan kekalutan dalam
banyak hal. Urbanisme (gaya hidup kekotaan) memicu urbanisasi.
- Beberapa contoh permasalahan pada masyarakat desa dan kota.
- Gejala ruralisasi (pendesaan) kota.
- Urbanisasi (dan urbanisme di) desa.
- Fenomena “buwuhan” pada acara hajatan di desa
dan di kota (Kepemimpinan organisasi
- Gaya hidup kota dan desa (dengan maraknya media
komunikasi: TV, HP, internet, dll).
- Pelapisan sosial pada masyarakat desa dan kota
- pada masyarakat kota aspek kehidupannya lebih banyak
system pelapisannya dibandingkan dengan di desa.
- pada masyarakat desa kesenjangan antara kelas eksterm
dalam piramida sosial tidak terlalu besar dan sebaliknya.
- masyarakat perdesaan cenderung pada kelas tengah.
- ketentuan kasta dan contoh perilaku.
- Mobilitas sosial pada masyarakat desa dan
kota.
Mobilitas
berkaitan dengan perpindahan yg disebabkan oleh
pendidikan kota yang
heterogen, terkonsentrasi nya kelembagaan-kelembagaan.
- banyak penduduk yg pindah kamar atau rumah
- waktu yang tersedia bagi penduduk kota untuk bepergian per
satuan
- bepergian setiap hari di dalam atau di luar
- waktu luang di kota lbih sedikit dibandingkan di daerah
perdesaan Interaksi Sosial.
- masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya
- dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun
secara kualitatif
E. Hubungan Desa-Kota atau Hubungan Pedesaan-Perkotaan.
Masyarakat pedesaan dan perkotaan
bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam
keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat. Bersifat
ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada
dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan seperti beras sayur
mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi bagi
jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan dalam
proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau
jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja musiman.
Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan dibidang
pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota
terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia menjalani kehidupan didunia ini
tidaklah bisa hanya mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan
pertolongan orang lain , maka dari itu manusia disebut makhluk sosial, sesuai
dengan Firman Allah SWT yang artinya : “ Wahai manusia! Sungguh Kami
telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (
bersosialisasi ).....” (Al-Hujurat :13 ). Oleh karena itu
kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sumber kekuatan
untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa
maupun diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa
yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan
pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan
yang Miskin tambah melarat , mutu pendidikan yang masih rendah, orang mudah
sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya karena hal sepele saja, dan
masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama,
mungkin juga fenomena itu ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
Sehubungan dengan itu, barangkali kita
berprasangka atau mengira fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi
dikota saja, ternyata problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka
adalah tempat yang aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah
tersusupi oleh kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak
masalah urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat
desa yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa
pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif di desa
menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan cenderung
tertinggal.
Komentar
Posting Komentar